Seorang Guru Mursyid Rabbani yang memimpin muridnya ke jalan Allah, dan seorang yang Alim yang sedar lagi matang, dialah yang memberikan contoh yang sempurna mengenai islam, iman dan ihsan. Tiada harus baginya untuk menyembunyikan agama Allah, atau ilmu pengetahuan, ataupun berdiam diri atas yang bukan hak, ataupun buat tidak nampak sesuatu mungkar yang dilakukan di hadapan matanya, ataupun tidak mengambil berat tentang suatu yang wajib, ataupun menukar-nukar sesuatu hukum, ataupun takut kepada manusia, ataupun bermuka-muka dengan orang yang berpangkat, dan yang berkuasa, ataupun dia tahu sesuatu hukum Allah, tetapi dia terus mendiamkan diri. Jika dia membuat sesuatu dari perkara-perkara yang di atas tadi, maka dia adalah seorang yang menyembunyikan sesuatu yang diturunkan oleh Allah dari keterangan-keterangan dan petunjukNya. Malah dia akan tergolong orang-orang yang tidak akan dipandang oleh Allah, dan tidak dibersihkanNya pada hari kiamat, bahkan dia akan tergolong orang-orang yang dilaknati Allah dan dikutuki oleh orang ramai. Allah telah berfirman:
" Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan dari keterangan-keterangan dan petunjuk sesudah Kami menjelaskannya kepada manusia di dalam Kitab, mereka itu dilaknati oleh Allah, dan dilaknati oleh orang-orang yang melaknati. Melainkan orang-orang yang bertaubat dan membetulkan dirinya dan menjelaskan kembali keterangan-keterangan itu, maka mereka itu Aku memberi taubat kepada mereka, dan Aku Maha Pemberi taubat Maha Penyayang."[Suranh Al-Baqarah: Ayat 120-159]
Dan Allah berfirman lagi:
" Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan oleh Allah dari isi kitab, dan mereka membeli gantinya dengan harga yang sedikit, mereka itu tiada memakan di dalam perutnya melainkan api, dan mereka tiada akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat, tiada dibersihkan, dan bagi mereka siksa yang pedih." [Surah Al-Baqarah: Ayat 174]
Rasulullah s.a.w telah mengancam dengan neraka Jahannam yang merupakan tempat tinggal yang sangat buruk bagi sesiapa yang menyembunyikan ilmu yang boleh dimanfaatkan di dalam urusan agama, ataupun dia mendiamkan diri tentang sesuatu hak yang tertentu daripada agama yang dipandang perlu diketahui.
Ibnu Majah telah meriwayatkan daripada Abu Said Al-Khudri r.a. daripada Rasulullah S.A.W sabdanya:
" Barangsiapa yang menyembunyikan sesuatu ilmu dari yang Allah mahu dimanfaatkannya untuk urusan Agama, niscaya Allah mengekangnya di hari kiamat dari kekangan api neraka."
Apa yang dikatakan para ulama tentang definasi mursyid rabbani?
Sesungguhnya para mursyid yang mukhlis serta para ulama yang memimpin manusia ke jalan Allah, yang pada zaman dahulu memegang pimpinan teraju perbaikan, pendidikan, pembimbingan dan penyucian jiwa, mereka ini sebenarnya sangat luas dan sempurna fahaman keislamannya. Mereka juga amat mementingkan warak dan Taqwa, dan melazimkan diri dengan dasar Islam yang tersimpul di dalam Kitab Allah azzawajalla, dan Sunnah Nabi-Nya s.a.w. sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam Surah Ali-Imran,
ayat 31 dan 32.
yang bermaksud : " Katakanlah :
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku(Muhammad), niscaya Allah
mengasihi dan memgampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi maha
Penyayang”. Bahkan mereka mempraktikkan gambaran yang benar mengenai Islam dalam kelakuannya pada masyarakat. Begitu pula dari segi kefahaman Islamnya, dalam tugas-tugas pengajarannya, serta pembimbing pendidikannya. Mereka tidak pernah berdiam diri terhadap sesuatu kemungkaran yang mereka lihat patut dibetulkan, dan tidak menutup mata terhadap sesuatu hak, jika mereka tahu bahwa adalah patut mereka menyatakannya, dan tiada membelakangkan diri terhadap sesuatu jihad yang suci, jika itu memang diperlukan.
Adapun tentang berpegangnya mereka dengan syariat, serta melazimkan diri dengan Al-Quran dan Hadis Nabi s.a.w., maka marilah kita dengar apa yang dikatakan oleh tokoh-tokoh pemimpin yang mursyid ini serta para ulama yang memimpin manusia ke arah Allah ini:
- Berkata Imam yang Arif Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah di dalam kitabnya Al-Fathur-Rabbani, m/s;29 berbunyi ; " Setiap hakikat tidak diakui oleh syariat, maka dia itu zandaqah (sesuatu kekeliruan). Terbanglah kepada Allah Azzawajalla dengan memakai sayap-sayap Al-Quran dan Sunnah (Hadis) Nabi s.a.w, masuklah menghadap-Nya sedang tanganmu dipimpin oleh tangan Rasulullah s.a.w ". Kemudian beliau berkata lagi ; " Meninggalkan ibadat itu adalah suatu kesesatan, membuat yang terlarang pula adalah maksiat, sedang yang fardhu tidak boleh gugur walau berlaku apa pun ".
- Berkata Imam Sahel At-Tustari rahimahullah : " Pokok perjalanan kita adalah tujuh iaitu berpegang teguh dengan Al-Quran, Menurut Sunnah Nabi s.a.w, memakan yang halal, memberhentikan penganiyaan, menjauhi maksiat, sentiasa bertaubat dan menunaikan segala hak "(1).( Nota:(1) sila lihat kitab At-Tasawuf Al-Islami wal Imam Asy-Sya'raani, oleh Taha Abdul bagi Surur, m/s;70-75)
- Berkata Imam Abu Hassan Asy-syadzali rahimahullah ; " Jika kasyafmu (rahsia batinmu) bertentangan dengan Al-Quran dan Hadis, maka hendaklah engkau berpegang kepada Al-Quran dan Hadis serta meninggalkan kasyaf, ataupun ilham, ataupun melihat secara batin, melainkan sesudah didedahkannya kepada Al-quran dan Sunnah.(2).( Nota:(2) sila lihat kitab At-Tasawuf Al-Islami wal Imam Asy-Sya'raani, oleh Taha Abdul bagi Surur, m/s;70-75).
- Berkata Imam Abu Said Al-Kharraz rahimahullah ; " Setiap batin yang bertentangan dengan zahir, maka dia itu adalah batil (salah).
- Diantara yang dinisbahkan kepada Ibnu Arabi, katanya ; " Para Ulama Tasauf telah sepakat mengatakan, bahawa tiada yang halal dan yang haram sesudah syariat Rasulullah s.a.w. sebagai penutup sekalian Nabi, akan tetapi jika ada pun, bahawa dia itu adalah suatu kefahaman yang diberikan di dalam Al-Quran untuk Orang-orang yang dikasihi Allah (Para Wali-Nya) ataupun dia itu sumber ilmu yang dikurniakan Allah kepada siapa yang dipilih-Nya, lalu di-Ilhamkan baginya ilmu itu, dan dijadikan baginya itu cahaya.(ilmu laduni)".
Bahkan dari sekalian para Imam Sufi Mursyid ini, kita dapati orang-orang yang sentiasa mengingatkan kita kepada bahayanya "Para Sufi Sadur" yang mendakwa dirinya sebagai para sufi yang mursyid, tetapi mereka menggugurkan atas diri mereka serta pengikut-pengikut mereka segala kewajiban yang fardhu, mereka membatalkan segala hukum-hukum syariat, mentakwilkan nas-nas hukum kepada yang bukan-bukan dan mereka berjalan dengan suluk dan bimbingan atas jalan yang sesat lagi menyesatkan yakni bukan jalan Islam sebenar. Dan seterusnya Para sufi yang hakiki itu juga selalu melarang kita bercampur gaul dengan orang-orang sufi palsu atau sadur itu, dan melarang duduk-duduk bersama mereka. Sufi Mursyid amat menitik beratkan dan menyuruh membersihkan diri zahir dan batin dari kesesatan dan penyelewangan kepada orang yang dipimpinnya. Para Syeikh-Syeikh sufi Mursyid sering menegaskan dan berhati-hati tentang Para sufi Palsu ini;
Allah SWT berfirman dalam Al-An’aam,
ayat 70. yang bermaksud : “ Dan jauhkanlah diri kamu
dari orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau
dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan
Al-quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan kedalam neraka, kerana
perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi
syafaat selain daripada Allah”.
Allah SWT berfirman dalam
Al-An’aam, ayat 116. yang bermaksud : “ Dan jika kamu menuruti kebanyakkan
orang-orang yang di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan
Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak
lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).
- Berkata Abu Yazid Al-Busthami rahimahullah kepada setengah sahabatnya ; " Mari kita pergi mengunjungi seseorang yang telah mengenalkan dirinya dengan Wilayah (Wali), dan memang orang itu sentiasa diziarahi orang ramai, dan termasyhur pada khalayak ramai sebagai seorang yang zahid. maka kita (sahabat Abu Yazid) pun pergi kepadanya. Apabila orang itu keluar dari rumahnya dan memasuki masjid, dia pun meludahkan kahaknya ke arah kiblat. Melihat yang demikian itu, Abu Yazid mengajak sahabat-sahabatnya kembali, tidak jadi menziarahinya. seraya berkata ; " Orang ini tidak dapat menjaga satu adab daripada adab-adab Rasulullah s.a.w, maka betapa dapat dia menjaga tentang apa yang didakwanya (menjadi wali). ". Berkata Abu Yazid lagi ; " Jika kamu lihat seseorang yang diberikan keramat, hingga dia dapat terbang di udara, maka jangan kamu terpengaruh dengannya lagi, sehingga kamu lihat bagaimana keadaannya pada melaksanakan suruhan dan larangan Allah dan bagaimana dia dengan batasan-batasan Allah serta menunaikan Syariat-Nya "
- Berkata Sahel Bin Abdullah At-Tustari rahimahullah : " Awas kamu dari persahabatan terhadap tiga jenis manusia iaitu pemerintah yang lalai, pembaca yang penipu serta Ahli Tasauf yang bodoh ".
- Berkata Imam Hamba Allah Al-Junaid rahimahullah : " Perjalanan kami ini terikat dengan usul-usul Al-Quran dan Sunnah. Semua jalan akan ditutup kepada manusia, melainkan jalan yang mengikuti jejak langkah Rasulullah s.a.w ".
- Berkata Imam Asy-Sya'raani di dalam kitabnya Al-Yawaqiit Wal-Jawahir : " Siapa yang melimparkan timbangan Syariat dari tangannya walau sebentar, niscaya dia akan binasa ".
Adapun sifat mereka ini (Guru mursyid hakiki) dalam meninggikan kalimah kebenaran dan berdirinya mereka menentang yang batil dan mungkar, serta jihad mereka yang suci pada jalan Allah, maka marilah kita perhatikan apa yang dikatakan oleh penulis-penulis terkenal yang menyelidiki tentang perjalanan Imam-imam Mursyid di dalam pendiriannya dan kegiatan jihadnya, kesan-kesan dakwahnya, bimbingan dan perbaikan mereka di dalam pendidikan kerohanian dan kebatinan.
- Berkata Syaikh yang Mulia Abu Zohrah rahimahullah : " ...demikianlah ilmu Tasauf itu, sebagaimana yang dikatakan oleh ustaz Faudah, iaitu pada abad-abad kita yang terkebelang ini mempunyai kesan-kesan dan tanda-tanda yang jelas. Orang-orang di Barat Afrika dan dipertengahan benuanya, juga di selatannya adalah Para Imam mereka terdidik dari pengajian Tasauf (ilmu kerohanian/ilmu Batin).
- Imam terbesar As-Sanusi rahimahullah, ketika beliau ingin mendamaikan antara puak-puak kaum muslimin, mula-mula yang ditujuinya ialah dengan mendedahkan Dasar Ilmu Tasauf (Tasauf, bermaksud bersih suci) kerana orang sufiah itu adalah lebih bersih dan suci hatinya dari yang lain-lainnya. Adalah lebih tepat ilmu yang mengandungi ilmu pendidikan dan pembersihan Hati atau Jiwa iaitu bersifat batiniah. Ilmu itu nyata terzahir pada akhlaknya yang kelakuanya serta di praktikan kepada murid-muridnya. Beliaulah yang pertama sekali yang mengumpulkan murid-muridnya untuk membuat khemah berkumpul dan khemah yang pertama sekali di atas Bukit sekitar Kota Mekah. Kemudian beliau berpindah ke tengah-tengah padang pasir dan kemudian berpindah ke lembah-lembah yang menghijau dan subur ditengah padang pasir. Di situ beliau menjadikan mereka pejuang-pejuang, mereka bekerja mendapatkan air, dan membuka ladang dan menanam berbagai-bagai pohon buah-buahan. Sesudah itu beliau pun memberikan taklimatnya serta memantapkan rohani dan pembersihannya melalui kaedah-kaedah Tarekat Sufiah (jalan menyucikan hati melalui mujahadah dan istiqamah zikir dan mengamalkan amalan mengikut Sunnah Rasulullah s.a.w dan Al-quran), mengajarkan cara-cara berperang, menggempur, sehingga akhirnya mereka dapat menggoncangkan kedudukan penjajahan Itali yang menjajah Libya, padahal kerajaan islam ketika itu di bawah pemerintahan kerajaan Usmaniah, gagal untuk membantu rakyat Libya menentang penjajah. Penentangan dan petempuran Puak Sanusiah ini berlaku secara berterusan dari khemah-khemah mereka di tengah padang-padang pasir sehingga dengan Izin Allah telah menundukkan Pemerintahan dan Penjajahan Itali ke atas Libya. Maka betapa besarnya jasa dan pengorbanan Para Imam sufi lagi Mursyid dalam perkembangan Islam dan Keutuhan Agama islam itu sendiri.
- Berkata Ustaz Shabri Abidin pada suatu nadwah majalah Liwaul Islam : "....sebenarnya Tokoh Imam-imam Besar Tarekat Sufiah dan kaum Sufi-lah yang banyak menyebarkan dan membentuk pendidikan Islam sebenar di merata Alam ini. Saya teringat tentang suatu cerita yang sudah berlalu 50 tahun berlebih kurang, bahawa Syaikh Al-Bakri pernah menulis sepucuk surat yang dinukil daripada kata-kata Para penyebar Agama Kristian yang mengatakan ; " Sesungguhnya di mana saja kami sampai, sehingga di daerah-daerah pendalaman di tengah-tengah benua Afrika, yang jauh dari tamaddun dan kemajuan, begitu juga di segenap perusuk rantau Asia, melainkan kami dapati sudah ada Orang Sufi mendahului kami ke situ, dan mereka sentiasa mengalahkan kami ".Alangkah baiknya, jika kaum Muslimin memahami apa yang terdapat di dalam Tarekat Sufiah itu dari kekuatan Jiwa dan kemantapan Iman yang kuat terhadap Allah dan perjuangan Rasulullah s.a.w dan melaksanakan Ajaran Agama Islam yang sejati, kerana Pejuang-pejuang Sufi itu memang di didik bagi mempertahankan Islam.
Guru Penulis Blog.
No comments:
Post a Comment